Pertumbuhan Penduduk memiliki pengertian perubahan penduduk dari satu
waktu ke waktu yang lainnya pada suatu wilayah atau populasi yang dapat
digunakan sebagai pengukuran. Istilah pertumbuhan penduduk bisa
ditujukan untuk semua spesies namun lazimnya pertumbuhan penduduk
dikatikan dengan manusia. Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan
penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah
populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada
periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu
dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam
rumus:
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk
adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit
dihitung sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode. Yang
merupakan:
Penduduk suatu negara merupakan objek dan subjek pembangunan. Sebagai
obyek artinya penduduk merupakan faktor yang harus dibangun atau
ditingkatkan kualitas hidupnya. Sebagai subjek penduduk merupakan faktor
pelaku proses pembangunan. Di lihat dari sisi yang lain, penduduk
merupakan beban sekaligus potensi bagi suatu negara. Apabila suatu
negara pertumbuhan penduduknya sangat tinggi, ini merupakan masalah. Hal
ini dikarenakan kapasitas wilayah suatu Negara terbatas. Apabila suatu
negara telah mengalami pertumbuhan penduduk yang tinggi, hal ini bisa
menyebabkan ledakan penduduk.Akibat akibat dari ledakan penduduk
tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk
tersebut dalam suatu wilayah atau negara tersebut. Secara nasional
pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk
sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun
1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6%
pertahun. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi
jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Dalam program
ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau
merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan
semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga
terbentuklah keluarga sejahtera.
Ledakan penduduk Indonesia mulai terlihat tahun 80-an. Jika pada
tahun 1930 jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 60,7 jiwa, tahun
1985 melonjak hampir tiga kali lipat, yaitu 164 juta jiwa. Tahun 2000
telah lebih dari 200 juta jiwa. Sampai dengan tahun 2008 jumlah itu
terus meningkat. Tahun 2005 mencapai 218.869.000 jiwa dan tahun 2008
mencapai 237.512.355 jiwa. Tabel di bawah memberi informasi
hasil sensus di Indonesia tahun 1961-2000, hasil survey antar sensus,
serta data lain. Amati perubahan jumlah penduduk yang terjadi! Rata-rata
angka kelahiran kasar termasuk kriteria sedang – tinggi.
Tabel : Hasil sensus penduduk Indonesia 1961-2008
Ledakan penduduk menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat
terutama dalam bidang sosial ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang terlalu
cepat tidak sebanding dengan perkembangan ekonomi.
Beberapa dampak buruk ledakan jumlah penduduk adalah sebagai berikut.
- Semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan papan yang layak). Akibatnya sumber-sumber kebutuhan pokok tersebut tidak lagi sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.
- Tidak mencukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada (sekolah, rumah sakit, tempat rekreasi) serta berbagai fasilitas pendukung kehidupan lain.
- Tidak mencukupinya lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada. Akibatnya, terjadilah peningkatan jumlah pengangguran dan berdampak pada menurunnya kualitas social (banyak tuna wisma, pengemis, kriminalitas meningkat, dan lain-lain)
Upaya mengatasi ledakan jumlah penduduk
Permasalahan akibat ledakan jumlah penduduk terutama dialami oleh
Negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal itu terjadi karena Negara
berkembang ternyata memiliki pertumbuhan penduduk lebih tinggi
dibandingkan negara maju. Persentase pertumbuhan penduduknya lebih dari
2% dan termasuk kriteria tinggi.
Di samping melaksanakan Gerakan Keluarga Berencana (GKB) dan
pendidikan kependudukan di berbagai jenjang sekolah, pemerintah dan
pihakpihak tertentu juga menempuh berbagai usaha lain.
Berbagai usaha pendukung tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
- Meningkatkan produksi pangan untuk mengatasi kekurangan bahan pangan (misalnya dengan intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian);
- Membangun sarana dan prasarana pendidikan yang jumlahnya sebanding dengan jumlah penduduk usia sekolah.
- Meningkatkan jumlah fasilitas sosial dan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan poliklinik).
- Meningkatkan jumlah lapangan kerja sehingga sebanding dengan jumlah penduduk usia kerja.